Lifta Laras Amurti
Content Writer
Manusia tidak lagi menjadi pusat utama dari sistem kerja. Mesin cerdas telah mengambil alih peran-peran rutin manusia dalam melakukan beberapa pekerjaan. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi Artificial Intelligence dan revolusi digital, dunia kerja mengalami transformasi besar-besaran. Banyak posisi pekerjaan yang dulunya mengandalkan kemampuan manusia, tetapi saat ini sudah digantikan oleh mesin dan algoritma.
Akan tetapi, apakah kalian pernah bertanya-tanya siapa di balik mesin cerdas yang mampu menggantikan peran manusia itu? Bagaimana mereka dapat menjalankan dan mengatur sistem yang hampir dapat mengikis peran manusia lain? Lalu apa hubungannya dengan gelar S2? Simak dan kalian akan mendapatkan penjelasannya di artikel ini!
Di Balik Mesin Cerdas Ada Manusia yang Lebih Cerdas
Mesin cerdas yang mengandalkan Artificial Intelligence (AI) di dalamnya tidak dapat bekerja tanpa perintah manusia tentunya. Lalu, manusia seperti apakah yang mampu memberi perintah dan menjalankan sistem AI? Semakin berkembangnya teknologi digital, semakin besar pula kebutuhan akan tenaga profesional yang mampu berpikir secara strategis, analitis, dan inovativ.
Kemampuan berpikir ini tidak mudah didapat dengan cara cuma-cuma, melainkan perlu adanya kebiasaan khusus yang melatih sistem otak manusia untuk berpikir lebih kritis. Hal ini juga didukung oleh Organisasi Penelitian dan Pengembangan Amerika (National Research Council), dalam bukunya yang berjudul How People Learn: Brain, Mind, Experience, and School, Amerika serikat menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi sangat berkorelasi dengan kemampuan berpikir yang lebih kompleks. Begitu pula dengan pengaplikasian AI, kolaborasi dengan AI juga butuh kompetensi yang tinggi. Oleh sebab itu, inilah alasan mengapa gelar S2 semakin penting di era Artificial Intelligence.
AI mengambil Peran Rutin Manusia, Tapi Bukan Pekerjaan Strategis
Seperti yang kita ketahui bahwa adanya AI sangat membantu manusia dalam menyelesaikan tugas yang berulang, berpola, administratif, dan berbasis data. Namun, perlu diketahui bahwa dalam setiap pekerjaan diperlukan pula kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan strategis, dan kepemimpinan. Kemampuan tersebut hanya dapat dimiliki oleh manusia. Akan tetapi, kenyataannya tidak semua manusia juga memiliki kemampuan tersebut. Lalu manusia seperti apa yang dapat memiliki kemampuan tersebut? Tentunya manusia yang memiliki semangat penuh dan ambisius untuk terus belajar, mengasah otak dan mengembangkan diri. Di sinilah peran pendidikan sangat penting bagi kelangsungan pola pikir manusia.
Pendidikan Pascasarjana = Investasi Jangka Panjang
S2 bukanlah sekedar gelar saja, tetapi tentang persiapan menghadapi masa depan. Kita bisa membayangkan betapa semakin maraknya pemanfaatan AI di berbagai sektor pekerjaan kedepannya nanti. Memiliki gelar S2 bukan sekadar membuat kamu belajar untuk mengejar pekerjaan, tapi juga menciptakan peluang dan solusi. Robot mungkin dapat bekerja lebih cepat, tapi manusia mampu berpikir lebih dalam. Melalui pendidikan S2, manusia akan dituntut untuk terus menambah kemampuan atau upskilling yang akan berguna untuk masa depan.
Jadi tunggu apa lagi? Persiapkan diri kamu untuk menjadi pemimpin di era AI!